Saya
sudah memaafkannya tapi saya tidak bisa melupakan sikap-sikap yang telah
menyakitiku.
Saya
sudah memafkannya tapi susah untuk mengembalikan hubungan seperti semula.
Saya
sudah memaafkannya tapi luka karenanya belum bisa sembuh.
Ungkapan
ungkapan diatas sering terlontar dari lisan seseorang yang tersakiti akibat
dari perbuatan saudaranya. Lebih mudah meminta maaf namun alangkah sulitnya
memaafkan terlebih bagi hati yang sangat dalam lukanya,luka karena disakiti dan
luka yang memang sudah ada dalam dirinya dikarenankan rasa gengsi pada dirinya
yang berdalih sebagai penjagaan harga diri dan penegakan keadilan,”Buat apa aku
berbaikan lagi ma dia, setelah apa yang telah dia lakukan padaku, bisa diinjak
harga diriku” itulas yang terlintas dan terucap spontan ketika ada seorang
sahabat yang ingin mendamaikan.
Saudaraku,
marilah kita mengingat kisah-kisah tauladan yang patut kita ikuti.Kisah
Rasulullah diawal penyebaran islam, saat seseorang melemparinya dengan kotoran
binatang namun beliaulah yang menjenguknya pertama kali waktu orang itu sakit
sehingga luluhlah hatinya orang itu untuk memeluk islam,kisah nabi yusuf
membebaskan saudara-saudaranya yang telah menceburkan ia kedalam sumur diwaktu
kecil yang tak berdaya, kisah Imam Ahmad dengan seorang tetangga yang selalu
mencacinya namun beliau bukan marah dan membalas kepada tetangganya namun
menyuruh anaknya mengantarkan seppiring buah-bauahan untuk tetangga yang
mencacinya, kisah Umar bin Abdul Azis ketika dia menyuruh pelayan yang telah meracuninya pergi
membawa uang imbalan atas perbuatannya dari pihak yang menyuruhnya dan tidak
membalas padahal sebagai pemimpin bisa saja memerintahkan agar pelayan itu
mendapat hukuman yang setimpal..
Saudaraku,
betapa mulianya sifat-sifat yang tercermin diatas, namun kebyakan kita belum
memiliki hal tersebut, padahal sifat pemaaf ini akan membuat hubungan lebih
baik dan indah. Saudaraku, apa jadinya ketika waktu itu Rasulullah marah dan
membalas orang yang telah menyakitinya mungkin orang itu tak mau memeluk islam,
saudaraku apa yang terjadi jika nabi yusuf tidak memaafkan saudara-saudaranya
tentunya nabi yusuf takkan pernah lagi mendapatkan kehangatan keluarganya
terutama dari ayahnya..Yakinlah saudaraku bahwa semua akan menjadi lebih indah,
bukan hanya lebih indah untuk suatu hubungan, atau untuk orang lain namun juga
untuk diri sendir. Karena dengan sifat ini hati menjadi lebih tenang tak
terhasut oleh dendam dan luka yang tak kunjung sembuh.
Saudaraku,
memaafkan memanglah bukan hal yang mudah karena memaafkan membutuhkan
kelapangan jiwa dan kelembutan hati namun bukan berarti kita tidak bisa
melakukannya dengan meyakini maaf sebagai rahmat Allah Ta’ala dan kesadaran
akan kesalahn yang ada pada diri seta kelapangan hati yang dilandaskan
karenaAllah Ta’ala sebagaimana dalam firmanNya surat Al Imron:159, dengan menyadari betapa pentingnya saling memaafkan
untuk tetap menjaga silaturrahmi dan meyakini bahwa memaafkan adalah merupakan
cara mendapatkan ampunan Allah maka insya Allah kita bisa memiliki jiwa-jiwa
pemaaf.
Saudaraku
jika kita benar-benar menyadari betapa ruginya kita jika tidak dimaafkan oleh Allah, maka kitapun bisa
mudah memaafkan orang lai.Ingatlah kita pada doa Nabi Adam AS serta istrinya
sebagaimana firmanNYA dalam surat Al-A’raf :23)” Ya Tuhan kami, kami telah
menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan member
rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”
Saudaraku,
memaafkan bukanlah berarit kita membiarkan kesalahan saudara kita dan bukan
pula menganggap kesalahan itu sebagai suatu kebenaran namun dengan memaafkan
orangnya akan menjadikan kita lebih jernih dan proposional dalam melihat
masalah yang sedang kita hadapi dan bisa sama-sama memperbaiki.
Saudaraku,
yakinlah bahwa dengan memaafkan kita akan menjadi lebih baik, saudara2 kita
akan menjadi bahagia dengn dekat bersama kita dan yang lebih penting adalah
kasih sayangNYA dapat kita raih ketika kita benar2 bisa melakukannya karenaNya.
Saudaraku,
mari kita raih kelapangan hati dan kesehatan jiwa dengan memaafkan.
Wallahu
a’alam bish-Shawab…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar